Sabtu, 19 Februari 2011

Perginya Sahabatku


 " Brak! " kagetnya aku ketika mendengar suara itu. Ternyata suara itu berasal dari  Adeline, sahabat masa kecilku. Ia sedang menaruh tas sekolahnya di samping kursiku. " Pagi Maeda " kata Adeline. " Pagi " jawabku. Tidak seperti biasanya Adeline menjadi pendiam begitu. Biasanya ia selalu ceria dan banyak berbicara ketika sampai di sekolah.Aku jadi kepikiran dengan sikap Adeline. " Maeda, aku ingin bicara denganmu. " kata Adeline tiba – tiba. " Eh, iya. Ada apa? " jawabku selepas dari melamun. " Begini aku… ", " Kriiing! " tiba – tiba bel berbunyi. Saat aku bertanya kembali, Adeline hanya tersenyum dan segera menuju ke lapangan upacara. Saat upacara, aku terus memikirkan Adeline, mengapa ia menjadi pendiam seperi itu. Tiba – tiba " Bruk! " terdengar suara seperti ada yang terjatuh. Ternyata Adeline pingsan! Petugas PMR pun langsung bertindak. Ia segera dibawa ke UKS. Selepas dari upacara, aku langsung berlari menuju UKS. Aku sangat khawatir dengan keadaan sahabatku. Sesampainya di UKS, rupanya Adeline sudah sadar. Wajahnya tampak pucat pasi. Aku langsung berkata "Adeline, kamu tidak apa – apa? Apa kamu sakit? " tanyaku cemas. " Aku tidak apa – apa Maeda. Tidak usah khawatir. " jawabnya. " Kamu yakin? " tanyaku kembali. " Iya. Sudahlah, kamu tidak perlu cemas. Bagaimana kalau besok kita pergi ke taman ria? " kata Adeline. " Taman ria? " tanyaku. Sebenarnya aku ingin menolak, karena aku khawatir dengan keadaan Adeline, tetapi Adeline terus memaksaku sehingga aku menuruti permintaanya.

Keesokan harinya, aku berangkat menuju ke taman ria. Sesampainya di taman ria, ternyata Adeline sudah menungguku. Aku segera menuju ke arah Adeline. Tiba-tiba…  " Happy Birthday Maeda! " katanya sambil memberikan bingkisan kado kecil. Saat aku buka, aku meneteskan air mataku karena terharu. Adeline memberiku liontin yang berisi fotoku dan foto dirinya. Setelah aku memakai liontin itu kami pergi bermain ke berbagai wahana, Lalu kami pergi membeli es krim. Kami sangat menikmatinya.Aku menatap wajah Adeline karena ingin berterima kasih kepadanya, tapi… "Adeline, kamu mimisan! " kataku terkejut.
" Ah, tidak apa – apa. " jawabnya sambil meneteskan air mata.
" Kamu ini gimana sih! Mimisan itu pasti ada sebabnya! Kita pulang saja yuk! Wajahmu juga pucat banget! " kataku khawatir sambil memberikan sehelai tissue. Tiba – tiba " Bruk! ". " Adeline! " Teriakku kaget karena Adeline jatuh pingsan lagi. Aku segera minta pertolongan dan membawanya ke rumah sakit. Tidak selang lama, orang tua Adeline datang ke rumah sakit. " Maeda, bagaimana keadaan Adeline? " tanya tante Gabriella khawatir. " Adeline masih ditangani dokter tante. Tante sebenarnya Adeline sakit apa? " tanyaku khawatir sambil menangis.
" Adeline menderita leukimia, Maeda. " Jawab tante Gabriella. Air mataku semakin menetes karena tak kuasa sedih mendengar penjelasan tante. Ternyata, Adeline tidak ingin menceritakan penyakitnya itu kepadaku karena ia tak ingin membuatku sedih. Satu jam pun berlalu, akhirnya dokter yang menangani Adeline keluar dari ruangan. " Dokter, bagaimana keadaan anak saya? " Tanya tante Gabriella khawatir. " Maaf Bu, kami sudah berusaha sekuat tenaga. " jawab dokter tersebut. Tante Gabriella langsung menangis. Air mataku pun menetes lagi. Aku tidak percaya bahwa Adeline, sahabat baikku telah tiada. Di dalam hatikku, aku sangat berterima kasih, karena Adeline sudah menghabiskan waktu terakhirnya untuk merayakan hari ulang tahunku. Kini, kenangan paling indah bersama Adeline, ada di dalam liontin yang menjaga persahabatan kami, dan aku tidak akan pernah melupakan persahabatan yang indah tersebut.



                                                               The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar